Pemeriksaan Laboratorium Jumlah Leukosit (Antal Leukosit) Darah

Mikroskop untuk Pemeriksaan Jumlah Leukosit

Sel darah putih jenis sel darah yang berfungsi untuk mengenali dan melawan mikroorganisme pada reaksi imun,serta membantu proses peradangan dan penyembuhan.

Pemeriksaan Laboratorium Jumlah Leukosit (Antal Leukosit) Darah

Metode : Direct counting

Prinsip :

Darah diencerkan lalu dihitung jumlah leukosit dalam volume tertentu, dengan mengalikan faktor perhitungan diperoleh jumlah leukosit dalam satuan volume darah. Larutan TURK berfungsi untuk mengencerkan darah, melisiskan sel darah selain leukosit sehingga memudahkan perhitungan. Jumlah leukosit dihitung dibawah mikroskop.

Reagensia : Larutan TURK

Komposisi larutan TURK :

-Asam asetat glacial 2,5% 15 ml

-Gentian violet 1 ml

-Aquades 475 ml

Alat-alat :

-Tabung reaksi

-Transferpet 20 µl dan 500 µl

-Bilik hitung Improved Neubauer

-Mikroskop

-Counter

Spesimen : Darah EDTA

Cara Kerja :

1.Ke dalam tabung dimasukkan 500 µl larutan TURK kemudian diambil

2.Sebanyak 20 µl darah ditambahkan kedalam tabung yang telah berisi larutan TURK, dicampur hingga homogen dan diamkan 3 menit

3.Darah yang telah diencerkan dengan larutan TURK dimasukkan ke dalam bilik hitung

4.Dihitung sel-sel leukosit dibawah mikroskop dengan perbesaran lemah (10x). penghitungan dilakukan dalam 4 kotak besar (kotak leukosit).

Perhitungan:

AL : N/V X P = N/0.4 X 26

Keterangan :

N : jumlah sel yang ditemukan

V : volume bilik hitung = 0.4

P : pengenceran darah = 26X

AL: Jumlah leukosit/ µl

Nilai Normal :

1) Dewasa : 4,0 – 11,0 x 103/µl

2) Anak-anak : 5,0 – 13,5 x103/µl

3) Bayi : 10,0 – 26,0 x103/µl

Kondisi Klinis :

1.Peningkatan jumlah leukosit (diatas normal) dikenal dengan istilah Leukositosis, Leukositosis adalah respon normal terhadap infeksi atau peradangan pada tubuh. Keadaan ini dapat juga dijumpai setelah gangguan emosi, anestesi, olahraga atau selama kehamilan. Leukositosis abnormal dijumpai pada keganasan dan gangguan sumsum tulang.

2.Penurunan jumlah leukosit (dibawah normal) dikenal dengan istilah Leukopeni. Leukopeni dapat disebabkan beberapa hal, termasuk stress berkepanjangan, penyakit tertentu, kekurangan sumsum tulang, radiasi dan kemoterapi. Penyakit sistemik yang parah Lupus eritematosus, leukemia, penyakit tiroid, juga dapat menyebabkan kondisi ini.


Infeksi Saluran Kemih

Infeksi saluran kemih adalah infeksi yang terjadi sepanjang saluran kemih, termasuk ginjal sendiri, akibat peningkatan jumlah suatu mikroorganisme. Sebagian besar infeksi saluran kemih disebakan oleh bakteri, tetapi jamur dan virus juga dapat menjadi penyebabnya. Infeksi bakteri sering disebabkan oleh Escherichia coli. Bakteri Escherichia coli berasal dari kontaminasi tinja yang sering ditemukan di sekitar lubang anus.

Infeksi saluran kemih sering terjadi pada anak perempuan dan wanita. Salah satu penyebabnya adalah uretra wanita yang lebih pendek sehingga bakteri kontaminan lebih mudah memperoleh akses ke kandung kemih. Uretra yang pendek meningkatkan kemungkinan mikroorganisme yang menempel dilubang uretra selama berhubungan kelamin memiliki akses ke kandung kemih. Faktor lain yang berperan meningkatkan infeksi saluran kemih pada anak perempuan dan wanita adalah kecenderungan menahan urin, serta iritasi kulit lubang uretra pada saat berhubungan seksual. Wanita hamil juga beresiko terkena Infeksi saluran kemih, karena semua otot polosnya mengalami pengenduran, termasuk pada kandung kemih dan ureter, sehingga mereka cenderung menahan urin pada bagian-bagian tersebut yang menyebabkan meningkatnya pertumbuhan bakteri.

Infeksi Saluran Kemih dapat terjadi pada pria, meskipun jarang terjadi. Pria yang berusia lanjut penyebab yang paling sering adalah Hiperplasia Prostat Jinak atau prostatitis. Hiperplasia prostat menyebabkan kerusakan aliran urin yang merupakan faktor penyebab timbulnya infeksi. Dalam keadaan normal, sekresi prostat dapat berguna sebagai antibakteri. Pengidap diabetes, cedera corda spinalis, dan penggunaan keteter juga beresiko terkena infeksi kandung kemih.

Jenis Infeksi Saluran Kemih

Infeksi saluan kemih dapat dibagi menjadi Sistitis dan Pielonefritis. Sistitis adalah infeksi pada kandung kemih, kandung kemih tempat sering terjadi infeksi. Pielonefritis adalah infeksi yang terjadi pada ginjal dan dapat bersifat akut atau kronik.
Pielonferitis aku terjadi akibat infeksi kandung kemih asendens, selain itu dapat disebabkan juga oleh infeksi yang ditularkan memalui darah.
Pielonefritis kronis terjadi akibat infeksi berulang. Pada infeksi ginjal, terjadi respon imun dan peradangan yang menyebabkan edema dan kemungkinan akan terbentuk jaringan parut.

Gambaran Klinis

1.Sistitis : Memperlihatkan disuria (nyeri saat berkemih), peningkatan frekuensi berkemih, dan rasa desakan ingin berkemih
2.Pielonefritis Akut: Terjadi nyeri punggung bawah, demam, menggigil, disuria.
3.Pielonefritis Kronik: Hampir sama gejalanya seperti pielonefritis akut, tetapi dapat menyebabkan hipertensi dan akhirnya dapat menyebabkan gagal ginjal
4.Demam yang disertai hematuria (urin mengandung darah) pada kasus yang parah
5.Gejala pada bayi, anak kecil dan lansia tidak spesifik diantaranya bisa muncul demam, mual, dan muntah.

Diagnosis

1. Biakan dan uji kepekaan mikroorganisme dalam urin untuk identifikasi dan menentukan jenis obat
2. Pemeriksaan sedimen urin: Bila terjadi infeksi dalam urin akan ditemukan sel darh putih. Jika ditemukan slinder sel darah putih itu menandakan terjadi pielonefritis bukan sistitis, karena sel darah putih telah dihancurkan ditubulus.

Penatalaksanaan

1.Wanita dan anak perempuan dianjurkan pergi buang air kecil sesuai kebutuhan untuk membilas bakteri yang mungkin merayap naik ke uretra,
2.Selesai buang air kecil atau buang air besar membilasnya dari depan kebelakang untuk menghindari kontaminasi lubang uretra oleh bakteri feses
3.Wanita dianjurkan berkemih sehabis berhubungan intim untuk membilas mikroorganisme yang masuk.
4.Mandi busa dan bermain di bak mandi setelah bersampo tidak dianjurkan bagi anak perempuan karena dapat menyebabkan iritasi pada lubang uretra sehingga akan memberi jalan untuk bakteri masuk.
5.Diperlukan terapi antibiotik dengan urinalisis (pengeluaran urin berulang) selama atau setelah pemberian obat.
6.Perlu dilakuakan penatalaksanaan spesifik pada pielonefritis kronis yang disebabkan oleh obstruksi atau refluk.



Pemeriksaan Jumlah Eritrosit (Antal Eritrosit )

Mikroskop untuk Pemeriksaan Jumlah Eritrosit

Sel darah merah adalah salah satu jenis sel darah yang ada dalam tubuh manusia. Sel darah merah memiliki ciri-ciri berukuran kecil, tidak memiliki inti, berbentuk bikonkaf seperti donat tapi tidak berlubang ditengahnya. Sel darah merah mengandung hemoglobin (zat warna darah) yang menyebabkannya berwarna merah.

Pemeriksaan Jumlah Eritrosit ( Antal Eritrosit )

Prinsip :

Darah diencerkan lalu dihitung jumlah eritrosit dalam volume tertentu dengan mengalikan terhadap faktor perhitungan,sehingga diperoleh jumlah eritrosit dalam satuan volume darah. Pengenceran darah dengan Hayem menyebabkan lisisnya sel selain eritrosit dan trombosit, sehingga memudahkan pehitungan sel eritrosit , darah diencerkan 201x dan sel eritrosit dihitung pada 5 bidang kecil.

Pemeriksaan Index MPN Escherichia coli

Foto: Briliant Green Lactose Bile Broth (BGLBB)
Media :

1.Lactose Broth Single Strength (LBSS), Tiap tabung 10 ml

2.Lactose Broth Triple Strength (LBTS), Tiap tabung 5 ml

3.Briliant Green Lactose Bile Broth (BGLBB), Tiap tabung 10 ml

4. Media Mac Conkey/TBX/Endo Agar/Eosin Methilen Blue Agar/Tergitol 7 agar plate

5.Media Gula-gula (Gulukosa, laktosa, manitol, maltose, sakarosa)

6. Sulfur Indole Motility(SIM)

7. Triple Sulfur Iron Agar (TSIA)

8. Simmon’s Citrat (media no 4 s/d 8 digunkan untuk identifikasi E.coli)

Ragam pemeriksaan MPN yaitu :

a. Ragam I : 5x10 ml, 1x1ml, 1x0,1

Ketentuanya, Spesimen cair atau yang dilarutkan ditanam dalam :

-5 tabung LBTS diisi sampel masing masing 10 ml

-1 tabung LBSS diisi sampel masing masing 1 ml

-1 tabung LBSS diisi sampel masing masing 0,1 ml

Tujuan : Pemeriksaan MPN specimen yang telah diolah atau angka kuman diperkirakan rendah

Pemeriksaan Laju Endap Darah (LED)


Laju Endap Darah (LED) adalah kecepatan mengendapnya eritrosit dari satu sampel darah yang diperiksa dengan alat tertentu dinyatakan dalam mm/jam.

Pemeriksaan Laju Endap Darah (LED)

Metode : Westergreen

Prinsip :

Laju Endap Darah ialah kecepatan mengendaplnya eritrosit dari sampel darah yang diperiksa dalam suatu alat tertentu yang dinyatakan dalam mm per jam. Darah tanpa antikoagulan dicampur dengan Na Citrat 3,8 % dengan perbandingan 4 : 1 (darah: Na Citrat 3,8% ) kemudian dimasukkan ke dalam tabung Westergreen dan diletakkan tegak lurus. Hasil dibaca setelah 1 jam. Akan terjadi kecepatan mengendapnya sel-sel darah terutama eritrosit.

Alat :

1) Spuit

2) Tabung westergreen

3) Rak penyangga tabung dan karet penutup

4) Timer

Bahan : Darah Vena

Reagensia : Na-Citrat 3,8%

Cara Kerja :

1. Tabung /botol kecil yang sudah terisi 0,4 cc Na citrate 3,8% + darah yang sudah tersedia 1,6 cc dicampur sampai homogen.

2. Campuran darah diisap kedalam pipet Westergen dengan bantuan karet penghisap sampai garis bertanda 0 (nol) mm.

3. Pipet dibiarkan dalam sikap tegak lurus pada rak Westergen selama 60 menit (pasang timer)

4. Tingginya lapisan plasma dibaca pada jam pertama dan kedua dari 0 sampai batas plasma endapan darah dan catat hasilnya (mm/jam).

Nilai Normal :

Pria : 0 - 10 mm/jam

Wanita : 0 - 20 mm/jam

Kegunaan Pemeriksaan Laju Endap Darah

Secara umum kegunaan pemeriksaan LED:

1. Membantu diagnosis

2.Diagnosis screening

LED yang tinggi sering ditemukan pada kondisi yang tidak normal sebelum lokalisasi penyebabnya jelas.

3.Diagnosis difrensial

Membedakan penyakit organik dengan anorganik, reumatik dengan penyakit gout, dan penyakti infeksi-infeksi

4. Follow-up suatu penyakit

Pemeriksaan Laboratorium Hematokrit (HMT) Darah

Sentrifuge Mikrokapiler

Hematokrit adalah volume eritrosit yang dipisahkan dari plasma dengan memutarnya dalam tabung khusus dan hasilnya dinyatakan dalam persen (%) darah.

Pemeriksaan Hematokrit (HMT)

Metode : Mikrokapiler

Prinsip :

Darah dengan antikoagulant isotonic dalam tabung mikrokapiler disentrifuge selama 2,5 menit dengan kecepatan 3000 rpm, eritrosit dipadatkan di bagian bawah tabung. Tinggi eritrosit sama dengan nilai hematokrit dalam satuan %

Alat :

-Tabung hematokrit/tabung kapiler

-Lancet/auto click

-Wax

-Sentrifuge hematokrit

-Hematokrit reader

Bahan : Darah kapiler atau vena

Cara Kerja :

1.Darah kapiler diambil dengan tabung hematokrit 2/3 atau 3/4 dari tabung.

2.Ditutup dengan wax.

3.Disentrifuge selama 5 menit dengan kecepatan 3000 rpm.

4.Dibaca kadar hematokrit dengan Reading Device.

Reading Device

Nilai Normal :

Pria : 40 – 54 %

Wanita : 37 – 47 %

Pemeriksaan Laboratorium Hemoglobin (Hb) Darah

Hemoglobin atau adalah suatu senyawa protein dengan Fe yang dinamakan conjugated protein. Sebagai intinya Fe dan dengan rangka protoporphyrin dan globin. Fe yang ada dalam hemoglobin menyebkan warna darah merah sehingga Hemoglobin dinamakan juga zat warna darah

Pemeriksaan Hemoglobin (Hb)

1. Pemeriksaan Hemoglobin (Hb) Metode Sianmethemoglobin

Spektrofotometer

Prinsip : Haemoglobin oleh K3Fe(CN) 6 diubah menjadi Sianmethemoglobin yang kemudian diubah menjadi Haemoglobin Sianida oleh KCN. Penambahan KH2PO4 bertujuan untuk mengukur pH, dan penambahan ion ionic detergen untuk meningkatkan lisis eritrosit dan mengurangkan kekeruhan

Alat :

-Kuvet

-Tabung Reaksi

-Spektrofotometer

-Tranferpette 20 mikro liter

Reagen :

-Reagen Drabkin

Bahan :

-Darah Vena

Cara Kerja :

1. 5,0 ml reagen drabkin di masukkan kedalam tabung reaksi dan ditambah 20 mikro liter darah, homogenkan

2. Untuk tabung blangko, diisi drabkin 5,0 ml

3. Didiamkan 3-10 menit

4. Dibaca intensitas warna (OD) di spektrofotometer dengan panjang gelombang 540 nm

Hasil Pengamatan:

Kadar Hb = OD X F

OD: Absorban/intensitas warna

F : Faktor Drabkin

Penyakit Batu Ginjal

Batu ginjal adalah batu yang terdapat dimana saja dalam saluran kemih. Batu yang sering dijumpai tersusun dari kristal-kristal kalsium.

Penyakit batu ginjal dapat disebabkan oleh meningkatnya pH urin (mis: batu kalsium karbonat), atau penurunan pH urin (batu asam urat). Konsentrasi bahan-bahan pembentuk batu tertentu yang tinggi dalam darah atau urin serta kebiasaan makan atau obat tertentu juga dapat merangsang terbentuknya batu. Segala sesuatu yang dapat menghambat aliran urine dan menyebabkan satatis(tidak ada pergerakan) urin, meningkatkan kemungkinan terbentuknya batu.

Batu kalsium biasanya terbentuk bersama oksalat atau fospat sering menyertai keadaan yang menyebabkan resorpsi tulang, termasuk imobilisasi dan penyakit ginjal. Batu asam urat sering menyertai penyakit gout.

Gambaran Klinis

-Nyeri yang bersifat kolik (ritmik), terutama bila batu terletak di ureter atau dibawahnya. Nyeri mungkin hebat. Lokasi nyeri tergantung pada letak batu.

-Batu di ginjal itu sendiri kemungkinan asimptomik kecuali batu tersebut telah menyebabkan destruksi atau timbul infeksi.

-Hematuria (urin mengandung darah) yang disebabkan oleh iritasi dan cedera struktur ginjal.

-Penurunan pengeluaran urin apa bila terjadi obstruksi aliran.

-Pengenceran urin, apabila terjadi obstruksi aliran, karena kemampuan ginjal untuk memkatkan urin terganggu oleh pembengkakan yang terjadi disekitar kapiler peritubulus.

Perangkat Diagnostik

-Pemeriksaan laboratorium (darah dan urin) untuk memriksa bahan pembentuk batu.

-Radiografi, ultrasound atau urografi intravena untuk menentukan lokasi batu.

Penatalaksanaan

-Peningkatan asupan cairan untuk memperlancar aliran urin dan membantu mendorong batu.

-Mengurangi makanan yang dapat membentuk batu, bila kandungan batu telah teridentifikasi.

-Mengubah pH urin untuk meningkatkan pemecahan batu.

-Terapi gelombang kejut (litotripsi), ekstrakorperal, terapi laser untuk memecah batu.

-Pembedahan atau menempatkan slang disekitar batu untuk mengatasi obstruksi.

DOWNLOAD

Media Kultur untuk Pertumbuhan Bakteri

Media kultur berguna untuk memperbanyak, menyuburkan atau meremajakan bakteri. Dalam postingan ini akan dijelaskan mengenai media Trypticase Soy Agar (TSA), Nutrien Agar, Louwenstein – Jensen

1. Trypticase Soy Agar

TSA merupakan media kultur universal, hampir semua jenis bakteri bisa tumbuh pada media ini.

Foto : TSA

Cara Pembuatan :

10,5-10,7 gram Trypticase Soy Agar dilarutkan dalam 250 ml aquadest, kemudian dimasukan ke botol/tabung dan disterilkan di autoclave suhu 120 0C selama 15 menit. Tahap akhir botol/tabung dimiringkan tungggu sampai mengeras.

Foto : TSA dalam botol

2. Nutrien Agar

Foto : Nutrien Agar

Nutrien agar merupakan media kultur universal untuk pertumbuhan mikroorganisme/bakteri. Jenis bakteri yang dapat tumbuh pada nutrient agar lebih sedikit dibandingkan dengan TSA. Nutrien Agar lebih sering digunakan dibandingkan TSA untuk menghindari terjadi

Kandungan : Pepton dari dari daging, ekstrak dagingn, agar-agar.

Cara pembuatan : Larutkan 20 g/L nutrien agar (bubuk) autoclave 15 menit pada suhu121 0C, PH 7.0±0.2

Tutup : kapas putih

3. Louwenstein – Jensen

Foto: media Louwenstein – Jensen

Kegunaan media Louwenstein – Jensen : Kultur dan test resistensi dari Mycobacterium tuberculosis.

Kandungan :Potasssium hydrogen phospat, magnesium sulfat heptahydrat, trimagnesium dicitrat 14-dehidrat, lasparigin,potato meal, malachite green

Glycerol, telur yang dihomogenkan.

Cara Pembuatan:

Larutkan 37.5 g pada 0.6 L akuades, kalau di inginkan tambah 12 ml glycerol ,(autoclave) dinginkan sampai suhu sekitar 50 ± C, tambah 1 L telur yang dihomogenkan (dari telur ayam betina segar dalam kondisi steril,putar untuk dihomogenkan campuran untuk menghindari beantuk gelembung ), bagikan ketabung reaksi steril diarkan membeku dengan kondisi miring dengan pemanasan selama 45 menit pada suhu 85 0C pada inspissator yang penuh dengan uap air atau uap air panas

yang mengalir bebas. Media harus di panaskan lebih dari satu kali setelah 24 jam untuk menjamin sterilitasnya, Ph 4.8 ± 0.2.

Foto : media Louwenstein – Jensen untuk uji sensitivitas

Catan: Untuk uji sensitifitas media ditambah dengan antibiotik dengan jenis tertentu.

DOWNLOAD

Penyakit Ikterus

Ikterus (Jaundis) adalah kekuningan pada kulit atau sklera mata akibat kelebihan bilirubin dalam darah (lebih dari 1.2 mg/dl). Bilirubin adalah produk penguraian sel darah merah. Terdapat tiga jenis utama ikterus: Ikterus hemolitik, ikterus intrahepatik, dan ikterus obstruktif ekstrahepatik

Ikterus Hemolitik

Ikterus yang disebabkan oleh lisis (pecah) sel darah merah yang berlebihan. Ikterus dapat terjadi pada destruksi (perusakan) sel darah merah yang berlebihan dan hati tidak dapat menkonjugasikannya sehingga tidak dapat mengekresiakan semua bilirubin yang dihasilkan.

Ikterus dapat dijumpai pada reaksi transfusi, anemia sel sabit, talasemia, anemia hemolitik autoimun.

Sebagian besar bilirubin masih terkonjugasi. Dengan demikian, warna urin dan tinja tetap normal.

Kadar bilirubin tidak terkonjugasi (bilirubin bebas) meningkat disebut juga hiperbilirubinemia direk karena kemampuan hati mengkonjugasi bilirubin tidak dapat menyamai besarnya destruksi sel darah.

Ikterus Intrahepatik

Ikterus Intrahepatik disebabkan penurunan ambilan, konjugasi, atau eksresi bilirubin akibat disfungsi hepatosit atau obstruksi di kanalikulus biliaris.

Difungsi hati dapat terjadi apabila sel hepatosit terinfeksi oleh virus, misalnya hepatitis atau atau karena sel hati rusak akibat kanker atau sirosis. Bisa juga terjadi akibat kelaian kongenital atau karena obat-obatan tertentu. Apa bila hati tidak dapat mengkonjugasi bilirubin, maka kadar “bilirubin tidak terkonjugasi akan meningkat” sehingga timbul ikterus.

Pada obstruksi kanalikulus, meskipun hati dapat menkonjugasi bilirubin, namun obstruksi akan mengurangi penyaluran bilirubin tersebut ke duktus biliaris. Obstruksi ini menyebabkan “bilirubin yang terkonjugasi yang memasuki darah“. Warna feses mungkin akan pucat atau mendekati normal, sedangkan warna urin akan berwarna gelap dan berbuih karena sebagaian besar bilirubin terkonjugasi dieksresikan melalui urin.

Ikterus Obstruktif Ekstrahepatik

Terjadi karena ada sumbatan aliran empedu pada duktus biliaris, sumbatan dari batu empedu atau tumor. Hati tetap terus mengkonjugasi bilirubin, tapi bilirubin tidak dapat mencapai usus. Sehingga tidak terjadi eksresi urobilinogen di feses dan menyebabkan warna feses akan pucat. “Bilirubin yang terkonjugasi memasuki aliran darah” dan sebagian besar diekresikan melaui ginjal sehingga urin berwarna sangat gelap dan berbusa.

DOWNLOAD

Alat dan Bahan Pemeriksaan Angka Kuman




Identifikasi Bakteri Gram Positif dan Gram Negatif

Bakteri Gram Positif

1. Staphylococcus aureus

Foto : Koloni Staphylococcus aureus pada media Blood Plate Agar (BAP)
Ciri-ciri Koloni di BAP: Koloni sedang-besar, smooth, berwarna putih-kuning,hemolisis (zona bening disekeliling koloni)
Foto: Hasil Uji Identifikasi Staphylococcus aureus
Ket (Kanan ke Kiri) :
Blood Agar (BA) : Hemolisa
Blood Broth (BB): Hemolisa
D-Nase Agar : Koloni berwarna kuning, bila digenangin HCL 10N akan terbentuk zona bening disekitar koloni.

2. Staphylococcus epidermidis
Foto : Koloni Staphylococcus epidermidis di BAP
Ciri Koloni Bakteri di Media BAP: Koloni sedang-besar, warna putih susu, anhemolisa (tidak ada zona bening di sekeliling koloni)
Foto: Hasil uji Identifikasi bakteri Staphylococcus epidermidis
Ket :
BA : Anhemolisa
BB: An Hemolisa
D-Nase: bila digenangin HCL 10N tidak terbentuk zona bening disekitar koloni.

3. Streptococcus pyogenes
Foto: Koloni bakteri Streptococcus pyogenes di media BAP
Ciri-cir koloni di BAP :Koloni bakteri kecil, putih-abu-abu, hemolisa (zona bening disekeliling koloni)

Foto : Hasil Uji Identifikasi
Ket (kiri ke kanan) :
BB: Hemolisa
BA: Hemolisa

Pemeriksaan Mikrobiologi Kasus Kejadian Luar Biasa (KLB) Keracunan Pangan


(Media Penyubur Khusus untuk Berberapa Bakteri Patogen)
Kejadian Luar Biasa Keracunan Pangan merupakan suatu kejadian dimana dua orang atau lebih mengalami penyakit dengan gejala yang sama atau hampir sama setelah mengkonsumsi makanan atau minuman. KLB karena keracunan pangan biasanya terjadi pada orang-orang tinggal di satu daerah yang sama atau kebetulan berada ditempat yang sama dengan alasan tertentu. Mereka mengkonsumsi di konsumsi Pangan penyebab keracunan sehingga menimbulkan kasus ini.

Laboratorium Klinik

Mendengar kata laboratorium apa yang akan melintas dipikiran teman-teman?

-Tempat melaksanakan penelitian atau eksperimen

-Orang yang beraktifitas di sana adalah peneliti atau mahasiswa

-Mekanisme kerja yang rumit

-Menggunakan alat alat yang sukar dipahami

-Butuh intelegenisa yang tinggi untuk dapat bekerja disana

Beberapa jawaban diatas jika digabungkan akan memberikan gambaran umum tentang laboratorium. Laboratorium merupakan suatu tempat untuk peneliti melakukan riset (penelitian) atau eksperimen, menemukan suatu hal yang baru dan mendapat jawaban dari keingin tahuan mereka secara ilmiah. Bagi orang awam yang tidak memiliki basic mengenai kelaboratoriuman, semua kegiatan disana akan terlihat sangat rumit. Perlatan-peralatan dilaboratorium hampir takkan pernah kita dijumpai sehari-hari, sehingga tidak bisa dipelajari secara otodidak. Kegiatan di laboratorium membutuhkan skill dan pengetahuan yang tinggi. Namun bila dipelajari akan bisa menjalaninya. Laboratorium tempat untuk mempraktekan teori dari buku-buku, sehingga prinsip-prinsip kerja dapat dipelajari secara teoritis. Sementara itu, untuk menjadi terampil sangat tergantung dari seberapa seringnya melakukan praktek.

Ada banyak jenis dari laboratorium, tergantung dari ilmu yang diterapkan disana seperti laboratorium biologi, laboratorium kimia, laboratorium fisika, dan laboratorium yang akan di bahas dalam tulisan ini yaitu “Laboratorium Klinik”.

Laboratorium Klinik.

Kegiatan di Laboratorium Klinik

Dari namanya pastilah laboratorium ini berhubungan dengan kesehatan. Akantetapi, apakah laboratorium klinik tempat menelitian atau bereksperimen??. Laboratorium klinik merupakan tempat melakukan berbagai macam pemeriksaan menggunakan spesimen medis (bahan) dari tubuh pasien untuk mendapat informasi kesehatannya. Penelitian atau ekperimen sebenarnya bisa dilakukan disini, tapi sangat jarang karena tujuan utamanya untuk mendapat informasi kesehatan pasien untuk membantu dokter menentukan diagnosis. Semua pemeriksaan sudah ada Prosedur Tetap (Protap) dan jenis yang akan dilakukan ditentukan oleh dokter pengirim spesimen. Dokter tidak bisa menentukan diagnosis pasti penyakit pasien jika tidak ada hasil pemeriksaan laboratorium.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More